Medan, (Analisa)
Sampai saat ini gelombang tinggi masih terus terjadi di beberapa provinsi terutama di Pulau Jawa, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Ketinggian gelombang mencapai lima meter.
Sementara Selat Karimata, perairan Bangka Belitung, dan Tanjung Pinang tercatat ketinggian gelombang mencapai 3-4 meter.
Tinggi gelombang yang terjadi di beberapa kawasan itu disebabkan adanya angin monsoon Timur Laut (bersifat dingin dan kering) yang bertiup cukup kuat dari Benua Asia ke wilayah equator tepatnya ke wilayah Sumatera bagian Utara.
“Ini disebabkan adanya palung tekanan rendah di belahan bumi selatan. Akibatnya angin bertiup cukup kencang di Laut Cina Selatan, Selat karimata dan Laut Jawa dengan kecepatan angin 30 knot atau 60 kilometer per jam,” terang terang Analis Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Wilayah I Medan Agus Syafril kepada Analisa, Selasa (12/2).
Angin yang bertiup inilah, lanjut Syafril, yang menyebabkan gelombang laut di beberapa provinsi menjadi tinggi.
Namun sebaliknya di kawasan Pantai Barat Sumatera. Ketinggian gelombang hanya 1-2 meter saja. Kecuali di Pantai Barat Lampung, Jambi dan Bengkulu, ketinggian ombak di provinsi itu tercatat lumayan tinggi mencapai 2-3 meter.
Dikatakan Syafril, adanya tiupan angin monsoon timur tidak hanya menyebabkan gelombang laut cukup tinggi. Hal ini juga turut mempengaruhi suhu udara yang bisa dirasakan lumayan dingin, khususnya pagi hari.
Titik Api
Setelah beberapa hari titik api (hot spot) hilang dikarenakan adanya hujan yang bersifat lokal di beberapa kawasan tertentu, kini titik api kembali muncul.
Tidak tanggung jumlahnya mencapai 44 titik di seluruh Pulau Sumatera. Khusus di Sumut, jumlah titik api yang kembali muncul sebanyak 17 titik. Sementara di Aceh, khususnya di Singkil, Meulaboh sebanyak enam titik, Pekanbaru sembilan titik.
“Munculnya titik api yang sempat hilang beberapa waktu lalu itu, dan kini muncul kembali disebabkan adanya gangguan cuaca yang berpusat di Selatan Pulau Jawa atau di sebelah Utara Benua Australia,” jelas Syafril.
Gangguan cuaca ini terjadi, lanjut Syafril, disebabkan munculnya palung tekanan rendah di daerah tersebut. Sehingga cuaca jadi berawan. Ironisnya keadaan ini menjadikan suhu menjadi tinggi dengan kelembaban rendah.
“Kondisi inilah yang memicu kembalinya titik-titik api di wilayah Sumatera termasuk di Sumatera Utara,” kata Syafril seraya menambahkan titik api yang muncul itu diketahui dari sumber satelit NOAA.
Berdasarkan catatan titik api yang muncul di Sumut khususnya di daerah Dairi dan Phakpak Barat sebanyak tujuh titik, Madina dan Tapsel 10 titik.
Syafril menambahkan untuk suhu udara di beberapa tempat seperti di Aceh, Sibolga dan Medan cuaca lumayan panas. Terutama di Minggu (10/2). Suhu maksimum udara yang tercatat adalah 33 derajat celsius di Aceh, di Sibolga 33,6 derajat Celsius. Dan di Medan pada hari Jumat (8/2) tercatat 32 derajat Celsius.
Syafril juga menambahkan, peluang ancaman angin puting beliung masih bisa terjadi. Hanya bersifat lokal. Itu pun tidak terlalu kencang dibanding pada bulan Maret-April mendatang.
“Karena pada Maret-April merupakan masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan, maka peluang angin puting beliung semakin besar. Karena itu, pada bulan itu masyarakat harus berhati-hati,” katanya mengingatkan. (mc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar